Pertemuan Bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan

Pada tanggal 30 Desember 2020 hari Rabu lalu, perwakilan dari PK IMM FIP UMJ dan BEM menemui Bapak Drs.Taryono M,Si selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Tangerang Selatan di kantor walikota Tangerang Selatan bertempat di ruang kantor beliau, ada sedikit perbincangan yang cukup menarik di dalam ruangan tersebut di tambah lagi dengan ruangan yang sangat bagus dan banyak penghargaan terdapat di dalamnya. Pada saat itu kami ber-4 termasuk saya sendiri Galih Maulana Hendrawan (Sekbid Hikmah PK IMM FIP UMJ) dan 3 kawan saya Hafid Ibnu Arasyid (Gubernur BEM FIP UMJ), Achmad Fauzan (Ketum IMM FIP UMJ), Muhammad Hafiz Agharid (Kepala Departemen Pendidikan dan Penelitian BEM FIP UMJ) yang hadir dalam pertemuan tersebut cukup menarik pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan kepada bapak kadis pendidikan Tangsel dari masalah pendidikan sampai terhadap lingkungan dan masyarakat. 


Beliau berkata dengan terkait pembelajaran tatap muka tidak akan bisa efektif di lakukan melihat dengan klaster pada penularan covid-19 semakin meningkat di tambah lagi dengan kesiapan sekolah-sekolah yang belum maksimal dan rasa takut terhadap anak. Pada faktor ini kita harus memerhatikan mental dan psiko sosialnya terhadap anak, karena jika itu terjadi atau turunnya mental dak psiko sosialnya maka akan menurun imun yang berada di dalam tubuh mereka dan yang terjadi membuat mudahnya virus menyerang tubuh mereka, maka dari itu hal seperti itu harus benar-benar diperhatikan. 

Dalam efektifitas nya pembelajaran online beliau berbicara "Kurang lebih sampai 80% meskipun secara individu anak-anak belum dapat mencapai pembelajaran yang maksimal, tetapi jika anak bisa menangkap pembelajaran online jika di persentasekan sampai 50% itu sudah sangat bagus, karena rata-rata untuk pada tahap pencapaian itu sangat sulit bahkan banyak yang tidak sampai di karenakan memang seperti itu yang sama-sama kita ketahui, lagi-lagi ini peran orang tua yang paling penting saat di rumah, bagaimana bisa memberikan pemahaman terhadap anaknya dan juga harus di awasi mental dan psiko sosial anaknya. Sistem pembelajaran jarak jauh masih di lakukan sepanjang masa pandemi dan belum tahu sampai kapan akan terjadi pembelajaran tatap muka, kemungkinan di pertengahan tahun pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan tetapi balik lagi melihat kepada kondisi dan keadaan" ujar Bapak Taryono. Beliau berpesan agar masyarakat dan mahasiswa membantu untuk menurunkan dan mencegah penyebaran Covid-19 melalui diri sendiri, karena pemerintah tidak mampu untuk melakukannya tanpa bantuan masyarakat. Ada pula yang harus di perhatikan kata beliau yaitu 4 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari berkerumunan). 

Adapun kabar lainnya KPAI (komisi perlindungan anak Indonesia) mengadakan sebuah survey tentang sekolah tatap muka, hasil dari survey tersebut menghasilkan 78,17% siswa setuju melaksanakan PTM (pembelajaran tatap muka), tetapi balik lagi melihat dengan situasi dan keadaan lingkungan sekolah, menurut pak Taryono jika zona hijau dan kuning yang terdapat di lingkungan sekolah itu di perbolehkan untuk melaksanakan PTM. Tetapi sejauh ini kota Tangerang Selatan masih berada di zona merah yang sangat membahayakan. Maka dari itu sistem pembelajaran jarak jauh masih diberlakukan sepanjang masa pandemi ini, tetapi di luar itu pemerintah tetap mempersiapkan pembelajaran untuk offline. Seperti di masa-masa transisi 2 bulan, 1/3 kelas untuk melakukan masa adaptasi kebiasaan baru seperti 4 M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menghindari berkerumunan).

Beliau pun membicarakan mengenai kurikulum, ia berharap munculnya kurikulum yang bisa menjawab tantangan zaman dan tidak memaksakan, yang mana kurikulum ini bisa menyesuaikan dengan karakter anak masing-masing. Kita bisa melihat di negara-negara luar, seperti china, Amerika, finlandia dan lain-lainnya memakai banyak kurikulum yang di pakai tiap sekolah, jadi untuk siswa dapat mudah memilih sesuai dengan basic mereka, tidak dengan paksaan. Bisa kita simpulkan yang di harapkan beliau adalah kurikulum yang dapat menyesuaikan keadaan dan karakter anak (fleksibel). Beliau pun berbicara ada solusi untuk PTM ini bisa berlangsung dengan menggunakan vaksin, tetapi banyak yang menolak dan tidak setuju karena pengujian vaksin ini masih belum jelas dan konkret, jadi tetap saja masih perlu waktu untuk menguji pemakain vaksin tersebut.

Penulis :  Galih Maulana Hendrawan (Sekbid Hikmah PK IMM FIP UMJ) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Karena Ikatan Membuat Aku Dan Kamu Menjadi Kita”

Bersama Allah Aku Tak Lagi Mengenal Kata Bersedih

Memahami Perempuan: Tak Segampang itu