IMMAWATI GARIS KERAS
Melihat dari keresahan dan
kegelisahan yang melihat realitas dalam tubuh ikatan, di mana peran IMMawati
sering diabaikan bahkan dikesampingkan baik dalam kepengurusan, mengambil
sebuah kebijakan, ataupun kurang diperhitungkannya dalam organisasi yang
berlambangkan mata pena ini maka setelah menerima dari beberapa masukkan dan
saran serta agar kader IMMawati tetap mendapat ilmu kapanpun dan dimanapun maka
PK IMM FIP UMJ mengadakan kajian berbasis online dengan tema “IMMawati Garis Keras”
yang diadakan pada Jum’at, 17 April 2020 dengan Narasumber Ayunda IMMawati Siti
Apriani Indah Pratama (Kabid RPK PK .IMM FIP UMJ Periode 2018/2019).
Dalam kajian tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya IMMawati Garis Kerasa iyah itulah judul dalam tulisan
ini. Disini bukan bercerita tentang celotehan konyol seorang IMMawan dan
IMMawati dalam hal probelamatika ikatan. Bukan pula kisah IMMawan yang memburu
cinta seorang IMMawati dengan dalih perkaderan berlanjut atau (apalah yang
kurang enak didengar) seperti tidak mencerminkan dirinya sebagai kader ikatan.
Sebelum beranjak jauh
melihat peran IMMawati, alangkah baiknya kita mengetahui definisi IMMawati
terlebih dahulu. Secara definisi IMMawati adalah sebutan anggota Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang berjenis kelamin perempuan, yang pada periode
awal IMM di lembagakan dalam structural organisasi yang bernama “Departemen
Keputrian”, dimana didalamnya berisi skill IMMawati dan kajian kewanitaan
Islam.
Departemen Keputrian
tersebut diharapkan menjadi wadah bagi kader-kader putri ikatan agar mampu
menjadi kader yang berperan didalam masyarakat. Departeman Keputrian ini
kemudian berubah menjadi Bidang IMMawati pada tahun 1966 dan mendinamisasikan
kerja IMMawati, sehingga diusulkan untuk membentuk Korps IMMawati.
Alhamdulillah, pada tahun 1967 Konpernas di Garut memutuskan untuk membentuk
Korps Immawati sampai Munas di Banjarmasin, 1967.
Pelu dicermati sejarah
adanya kabid IMMawati yang dulu bernama Departemen Keputrian ada dalam rangka
mewadahi orientasi gerakan perempuan yang memang dititik beratkan pada skil dan
kajian kewanitaan Islam agar nantinya mampu berperan dan berkecimpung didalam
masyarakat. Bukankah adanya bidang IMMawati dalam rangka mencapai posisi yang
sama dengan IMMawan tanpa mengurangi sisi keanggunannya.
Melihat dari segi sejarah
perempuan yang diidentikkan
sebagai hasil yang mengedepankan logistik dalam pertemuan masalah. Selain
itu, biasanya perempuan akan lebih mudah diselesaikan yang sudah
diterimanya. Tak jarang, sebagai perempuan, kita dianggap sebagai individu
yang baper- an (bawa perasaan). Namun, sungguh ada hal lain yang
bisa kita pahami dari transisi yang dihadiri perempuan adalah salah satu
makhluk Allah yang paling istimewa. Banyak kekhususan yang diberikan kepada
perempuan yang tidak diberikan kepada laki-laki. Di antaranya, perempuan
diberikan keistimewaan untuk mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Bahkan, dalam Alquran
terdapat satu surah yang bernama an-Nisaa [4] yang bermakna perempuan. Surah
ini terdiri atas 176 ayat dan masuk dalam kategori surah Madaniyyah, yang
diturunkan di Madinah. Surah ini merupakan yang terpanjang dalam kategori
Madaniyyah sesudah surah al-Baqarah [2].
Dinamakan surah an-Nisaa [4]
karena di dalamnya banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
perempuan dibandingkan surah-surah lainnya.
Perempuan adalah makhluk
yang paling indah dan menarik, seperti perhiasan. Karena itu, banyak orang yang
senantiasa menyukai dan menyenanginya. Dalam salah satu sabda Nabi Muhammad,
Rasulullah SAW mengatakan, ''Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya
perhiasan adalah istri yang salehah.'' (HR Muslim). Karena itulah, perempuan
banyak menarik perhatian terutama lawan jenisnya (laki-laki).
Jika kita meneropong
realitas pada kehidupan kaum perempuan, niscaya yang akan kita temukan adalah
sebuah keprihatinan. Mengapa posisi kaum perempuan tidak menguntungkan? Memang,
pada satu sisi kita bisa mengatakan bahwa realitas sosial yang tidak
menguntungkan kaum perempuan tersebut terkait dengan terlalu dominannya
budaya patriarki.
Oleh karena itu, memerangi
ketidakadilan sosial sepanjang sejarah kemanusiaan dalam konsepsi
kemasyarakatan adalah penting. Salah satu pendekatan yang kini sering digunakan
dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengangkat harkat martabat perempuan
adalah pemberdayaan perempuan
Maka dari itu IMMawati
sendiri harus memiliki peran dan fungsinya sebagai IMMawati yaitu
· Secara
kultur : Partner pendamping IMMawan
Madrasah awal perkaderan
- Agen perubahan
- Kontrol terhadap dinamika kelembagaan
- Pengeksekusi strategis aksi perempuan disemua bidang
Perempuan memiliki
kelembutan persuasif lebih tinggi dibanding pria, dalam berorganisasi perempuan
diharuskan lebih menggunakan logika dari pada perasaan agar terciptanya
keharmonisan dalam ikatan.
Banyak hal yang harus
dilakukan seorang IMMawati dalam berjuang mempertahankan ikatan, bebrapa hal
itu mencakup :
1.
Manage/kontrol
diri
2.
Kuat mental
3.
Membagi antara perasaan
(emosi) dan logika
Untuk meningkatkan
keberanian dan ghirah agar perempuan lebih banyak bergabung dalam organisasi
pergerakan maka kepekaan terhadap apa yang terjadi dilingkungan
sekitar dan merespon dan memberikan sosialisasi agar ketertarikan perempuan
terhadap organisasi pergerakan lebih meningkat.
Apabila pemetaan IMMawati
sebagai kontrol terhadap dinamika perubahan di dalam
organisasi tidak terealisasi maka tindakan yang harus dilakukan
adalah penguatan karakter dan penonjolan nilai lebih dari perempuan. Selain itu
IMMawati harus menyadari sekaligus memenage kekurangan yang
dimilikinya.
IMMawati
harus mengambil bagian dalam membebaskan kaum perempuan dari ketertindasan,
diskriminasi dan marginalisasi. IMMawati dalam arah gerakan hendaknya selalu
menjadikan ideologi IMM sebagai landasan perjuangan. IMMawan adalah partner dalam
berjuang di ikatan. Maka dari itu, tidak boleh dikotomi IMMawan IMMawati,
karena seyogyanya kita adalah satu kesatuan. IMMawan dan IMMawati harus saling
bahu membahu , saling mendukung dalam gerakan spiritual, intelektual dan
humanitas, saling mendidik dan saling membina serta saling memberdayakan.
Jadilah
IMMawati garis keras yang berperan bukan baperan
Bukan
tentang siapa aku atau siapa kamu tapi tentang kita, IMM dan Tuhan
Ditulis oleh : IMMawati Kholifatul Husna (Sekbid IMMawati PK. IMM FIP UMJ Periode 2019-2020)
Komentar
Posting Komentar