PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN
PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN
Oleh: Galih Maulana Hendrawan
A. Latar
Belakang
Usia Pendidikan Muhammadiyah lebih tua dari Muhammadiyah
itu sendiri. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah terlebih dahulu mendirikan
sekolah yang sangat sederhana yaitu mendirikan sekolah dirumahnya sendiri sebagai
suatu lembaga dakwah pertama kali yang K.H. Ahmad Dahlan dirikan pada tahun 1911
lalu pada tahun 1912 mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. Maka bukanlah hal yang
berlebihan dan mengherankan jika berdirinya persyarikatan Muhammadiyah adalah untuk
menjamin keberlangsungan pendidikan Muhammadiyah itu sendiri. Pada dasarnya Pendidikan
Muhammadiyah beridiri dengan dilatarbelakangi oleh kondisi umat islam yang amat
mengkhawatirkan pada saat itu, ada penyakit kronis yang harus di tuntaskan dan akan
menjadi ancaman bagi umat islam yaitu penyakit kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
Satu-satunya upaya yang dilakukan untuk memutus
lingkaran tersebut adalah dengan mencerdaskan umat, mencerdaskan umat hanya dapat
di tuntaskan dengan Pendidikan. Dengan adanya Pendidikan maka wawasan dan keilmuan
umat akan bertambah luas dan mendalam sehingga dapat mempelajari ajaran Islam secara
utuh tidak tercampur oleh penyakit tahayul, bid’ah dan khurafat yang menjadi virus
pertama menghancurkan karakter umat. Kondisi umat tersebut dijawab oleh K.H. Ahmad
Dahlan dengan mendirikan sekolah sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah karena
Pendidikan adalah proses pengubah sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia.
Hal ini lah yang melandasi pentingnya Pendidikan
untuk membangun karakter yang di gelorakan K.H. Ahmad Dahlan dengan acuan serta
pedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
B. Menelaah
pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia
pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun
pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan
: “Dadijo Kjai sing kemajoean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”
(Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Konsep karakter dalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan
yaitu bahwa benar dan salah, baik dan tidak baik ditentukan oleh hukum yang sah
dan hati yang suci. Hukum yang sah dan disetujui dengan hati suci tersebut apabila
dipandang dalam kacamata Islam yaitu al-Qur’an dan Sunnah. K.H. Ahmad Dahlan menambahkan
bahwa kebenaran dan kebaikan tidak semata-mata diperoleh dari tafsir deduktif al-Qur’an
saja, melainkan juga dari induksi (iptek) pengalaman empirik beragam pemeluk agama.
Pencapaian keluhuran duniawi adalah jalan mencapai keluhuran kehidupan sesudah mati.
Selain itu dalam menghadapi kemorosotan pendidikan karakter yang terjadi di kalangan
masyarakat beliau juga menyelenggarakan pengajian yang diberi nama “Fathul-Asror
wa Miftahus-Sa’adah”. Kegiatan ini bertujuan untuk membimbing pemuda-pemuda
supaya gemar beramal kebaikan. Dan kemudian mereka sedikit demi sedikit diberi pelajaran
supaya mereka menjadi pemimpin-pemimpin dan orang-orang yang shaleh.
K.H. Ahmad Dahlan merupakan tipe man of action,
sehingga dalam hidupnya KH. Ahmad Dahlan banyak mewariskan amal usaha bukan tulisan.
Kontribusinya dalam pendidikan Islam sudah tidak diragukan lagi, hal ini dapat kita
lihat dari usaha beliau mendirikan organisasi Muhammadiyah yang hingga saat ini
semakin eksis dan tersebar hampir rata di seluruh Indonesia. Sejalan dengan pendahulunya
K.H. Ahmad Dahlan, menganggap karakter/akhlaq yang baik adalah buah dari ibadah
yang baik atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan
karakter yang baik dan terpuji. Artinya, jika ada individu yang mengerjakan kekejian
dan kemungkaran maka apalah arti ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji dan perbuatan
terpuji lainnya jika tidak bedampak terhadap kesholehan sosial dan kesholehan individu
tersebut.
Di samping ilmu agama, K.H. Ahmad Dahlan juga mengajarkan
pengkajian ilmu pengetahuan umum secara langsung tentu sesuai prinsip-prinsip al-Qur’an
dan al-Hadist, sehingga K.H. Ahmad Dahlan tidak semata-mata pada kitab tertentu
yang diajarkan namun lebih luas. Sehingga dapat mempertajam daya intelektualitas
dan memperkokoh spritualitas. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, sebagian orang memiliki
sifat egoisistik karena manusia tidak banyak yang menaruh perhatian pada kebaikan
dan kesejahteraan manusia sehingga manusia banyak yang terjebak kedalam berhala
kesombongan. Dalam transkip pidato K.H. Ahmad Dahlan beliau mengatakan: “Sebagian
besar pemimpin belum menaruh perhatian pada kebaikan dan kesejahteraan manusia,
akan tetapi baru memperhatikan kaum dan golongannya sendiri bahkan badannya sendiri.
Jika badannya sudah memperoleh kesenangan mereka merasa berpahala dan seolah telah
sampai pada tujuan”.
Dengan demikian konsep karakter yang sudah digagas
oleh Ahmad Dahlan dibangun di atas kebenaran melalui kehendak Tuhan yang termaktub
dalam al-Qur’an dan As-Sunnah serta kemampuan manusia dalam memilih kebenaran itu
sendiri. Baik atau buruk karakter manusia harus dibimbing oleh peran al-Qur’an dan
As-Sunnah agar mencapai keterpaduan. Sebagaimana dalam ajaran beliau yang menekankan
dimensi sosial untuk dijadikan aplikasi ajaran-ajaran Allah SWT. Ajaran agama menjadi
titik tekan keharusan aktivitas manusia didalamnya, tanpa harus menciderai ajaran
agama.
C. Ibrah
penuaian
K.H. Ahmad Dahlan adalah sebagai salah satu kiblat
Pendidikan pertama di Indonesia bahkan sebelum Ki Hajar Dewantara. K.H. Ahmad Dahlan
memprioritaskan tujuan dari Pendidikan adalah pada nilai karakter yang tidak dapat
lepas dari akhlak seseorang, Dalam menjalankan misi pendidikan dan kemanusiaan,
K.H. Ahmad Dahlan berdasar pada konsep welas asih (cinta kasih) yang merupakan hasil
penafsiran teologisnya tentang surat Al-Maun digunakan sebagai dasar aksi pemberdayaan
kaum tertindas, fakir-miskin, dan pemberdayaan kaum Perempuan. Bahkan santri-santri
K.H. Ahmad Dahlan mempelajarinya 3 bulan lamanya karena hanya untuk mengimplementasikan
makna dari surat al maun sebagai suatu identitas akhlak yang baik. Oleh karena itu,
K.H. Ahmad Dahlan kemudian memerintahkan kepada santri nya untuk berkeliling di
daerah sekitar kauman Yogyakarta untuk mencari fakir miskin, kalau sudah dapat menemukan
bawalah pulang kerumahmu masing-masing lalu berikan mereka mandi dengan sabun yang
baik, berilah pakaian yang bersih, makanan dan minuman, serta berilah tempat tidur
yang nyaman dirumah mu. Ini lah menjadi aksi nyata yang dilakukan oleh K.H. Ahmad
Dahlan yang diterapkan kepada murid-muridnya, sehingga akan meninggalkan dan memberikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat perkembangan rekonsilisasi saat ini sungguh
amat penting penanaman nilai-nilai islam dalam menciptakan karakter yang di cita-citakan
oleh rosullullah dan ikhtiar K.H. Ahmad Dahlan untuk memperjuangkan sebagaimana
islam hadir untuk menyempurakan akhlak manusia melalui Pendidikan. Dengan menanamkan
nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai cinta kasih, K.H. Ahmad Dahlan mampu membawa
Muhammadiyah sebagai kancah Pendidikan internasional saat ini hanya dengan berawal
Pendidikan berbasis pada kekonsistenan dalam merawat karakter.
Refrensi
Kurnia,
I. (2019). Konsep Pendidikan Karakter Menurut KH AHmad Dahlan (Doctoral dissertation,
IAIN BENGKULU).
Khresnaningtyas,
A. (2016). Konsep Pendidikan Karakter: KH Ahmad Dahlan (Doctoral dissertation,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan).
Chusnan, Y. Dkk. 2014. 6 Dimensi Kemuhammadiyahan,(UMJ
Cirendeu)
Komentar
Posting Komentar