Pentingnya Guru Sekolah Dasar Memahami Literasi Baru Di Masa Pandemi Covid-19
Oleh: Firdiansih
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Magelang
Email : Firdiansih@gmail.com
Abstrak
Di masa pandemi covid-19
pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan untuk sektor Pendidikan yaitu dengan
menerapkan pembelajaran daring (dalam jaringan) yang bertujuan untuk memutuskan
rantai penyebaran virus covid-19. Di situasi yang seperti ini guru harus berinovasi
serta berkreatif dalam pemilihan media untuk menyampaikan suatu materi, Maka
dari itu metode penelitian kali ini adalah menggunakan studi pustaka untuk
mengetahui hasil dalam penelitian ini. Pada pembahasan ini guru harus dituntut
untuk memahami ap aitu literasi baru untuk menunjung kualitas serta bisa
menjawab tantangan di era revolusi industry 4.0.
Kata Kunci : Literasi Baru, Literasi Digital, Covid-19, Tantanagan revolusi industry .0
A. LATAR
BELAKANG
Hampir dua tahun lebih, pandemi covid-19 melanda seluruh dunia salah
satunya Indonesia. Dalam situasi seperti ini banyak sekali yang mengalami
dampak dari berbagai sektor, mulai dari sektor pertanian, perkebenunan, dan termasuk
sektor dibidang Pendidikan. Pemerintah membuat peraturan mendadak dengan
menghentikan semua jenis kegiatan yang ada di sekolah. Salah satu peraturannya
ialah pembelajaran yang dilakukan dari rumah melalui daring (Dalam
Jarinngan)
Pembelajaran daring dikembangkan sebagai media pembelajaran yang
menghubungkan antara peserta didik dengan pendidik secara online. Dalam
pelaksanaan pembelajaran secara daring memberikan banyak sekali tantangan bagi
pelaku Pendidikan, seperti pendidik, institusi, peserta didik, bahkan orang tua
peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring pendidik diharuskan
berinovasi dan kreatif agar bisa menyampaikan materi pembelajaran yang diterima
oleh peserta didik secara baik. Pembelajaran daring
dapat dilakukan dengan virtual, yaitu pengalaman belajar di suatu
lingkungan yang sinkron atau asinkron menggunakan berbagai alat (seperti laptop
atau smartphone) dengan akses internet (Zhu & Liu, 2020). Banyak sekali platform yang bisa digunakan untuk
membantu proses berjalannya pembelajaran yang berfungsi untuk memberikan
materi, mengumpulkan tugas, dan melakukan penilaian.
Pada kenyataannya pembelajaran daring
masih menimbulkan berbagai
permasalahan. Pembelajaran daring mengakibatkan pergeseran peran antara guru
dan orang tua selama pembelajaran daring (Khurriyati et al., 2021). Penyampaian
materi secara daring tidak bisa dipahami oleh semua peserta didik. Selain itu,
guru mengalami kesulitan dalam mengontrol suasana belajar, hal ini disebabkan
keterbatasan dalam ruang virtual (Asmuni, 2020; Fifit Humairoh, Achmad
Supriyanto, 2016). Keterbatasan
penguasaan teknologi informasi dialami oleh guru dan peserta didik, hal ini dapat dilihat dari
guru-guru yang tidak mampu menggunakan berbagai media pembelajaran daring.
Selain itu, perangkat teknologi yang mahal juga menjadi permasalahan dalam
pelaksanaan pembelajaran daring (Krisdiana et al., 2014; Maria Kristina Ota,
Ana Maria Gadi Djou, 2021; Pakpahan & Fitriani, 2020).
Pada masa pandemi covid-19 seperti ini literasi digital sangat
diperlukan oleh pendidik terutama kepada guru sekolah dasar untuk dapat
berpatisipasi pada dunia yang semua serba menggunakan teknologi. Guru dan
Lembaga Pendidikan harus memperkuat beberapa aspek. Mulai kurikulum, sistem,
manajemen, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran dengan penguatan
keterampilan literasi abad 21. Salah satunya, menguatkan kemampuan literasi
pada guru serta lembaga pendidikan dari literasi lama (membaca, menulis,
berhitung) dengan literasi baru (data, teknologi, SDM/humanisme).
Istilah
literasi digital diperkenalkan oleh Paul Gilster pada tahun 1997 dalam bukunya
Digital Literacy (Shopova, 2014)
yang berbunyi ”Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memafaatkan
informasi dalam berbagai bentuk. Baik itu dari sumber dari perangkat komputer
ataupun dari ponsel”.
Literasi
digital merupakan keterampilan menggunakan media secara efektif sehingga
individu dapat mengetahui tempat dan informasi yang relevan (Buckingham, 2015). Dalam menentukan konsep
literasi digital, beberapa ahli cenderung mendefinisikannya sebagai koneksi
antara keterampilan dan kompetensi yang diperlukan dalam menggunakan internet
dan teknologi digital secara efektif (Martin, 2005); (Cartelli, 2010);
(Ala-Mutka, 2011).
B. Metode
Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam penulisan ini didasarkan pada metodologi kajian kepustakaan (
library research ) dengan menggunakan analisis deskriptif. Metode ini
menyajikan beberapa fakta dalam sejumlah referensi literatur. Proses dalam
mencari referensi literatur untuk menulis artikel ini dengan mencari di
berbagai media internet seperti jurnal yang resmi dari Google Scholar,
spada.kemdikbud.go.id , dan beberapa web berita yang terpecaya dalam kata kunci
literasi digital, litersi baru, pandemi covid-19, dan sebagainya.
C.
Pembahasan
Gagasan literasi baru sudah
muncul secara formal pada 17 Januari 2018 saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti). Saat itu
muncul gagasan literasi baru sebagai bentuk persiapan Kemenristek Dikti
menyongsong era diruption (ketercerabutan). Literasi baru yaitu data, teknologi
dan SDM. Manusia harus memanfaatkan dan mengolah data, menerapkannya ke dalam
teknologi dan harus memahami penggunaan teknologi. Literasi manusia menjadi
penting bertahan di era ini, tujuannya manusia bisa berfungsi baik di
lingkungannya dan dapat memahami interaksi dengan manusia. Jika dulu kita hanya
disuguhkan literasi lama (membaca, menulis, dan berhitung), namun saat ini
harus menerapkan literasi baru (data, teknologi, humanisme). Dari peta
kemampuan literasi di atas, sangat paradoks dengan kemampuan literasi
masyarakat Indonesia. Buktinya, dari hasil berbagai riset dan survei, kemampuan
literasi masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan. Ketertinggalan itu akan
semakin parah ketika tidak ada persiapan dan penguatan literasi dalam lembaga
pendidikan.
Literasi di dunia pendidikan
muncul secara resmi melalui program pemerintah. Program literasi dalam
pembelajaran selama ini masih berporos pada aspek membaca saja, padahal hal itu
dalam literasi lama belum cukup karena mengharuskan kemampuan menulis dan membaca.
Dalam rangka mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kemdikbud
mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan upaya menyeluruh
yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid)
dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. GLS memperkuat
penumbuhan budi pekerti seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan itu berupa
kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai.29
Dalam praktinya, GLS hanya mengacu pada kemampuan literasi lama. Untuk menjawab
era Revolusi Industri 4.0, kompetensi literasi harus dikuatkan. Meskipun tidak
setinggi perguruan tinggi, namun MI/SD bisa memulainya dengan pendekatan
sederhana yang capaian pembelajarannya relevan dengan spirit literasi baru.
Guru harus memahami literasi
baru agar selalu bisa menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0, guru
selalu mengupgrade skill serta kompetensi yang lebih baik. Revolusi Industri
4.0 merupakan istilah yang diutarakan Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi,
ekonom Jerman dan pendiri Executive Chairman World Economic Forum. Era Revolusi
Industri 4.0 menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja, profesi baru. Siapa
yang menyangka muncul pekerjaan sebagai buzzer politik, admin media sosial,
juga brand endorser. Ancamannya, profesi dan lapangan kerja yang tergantikan
mesin kecerdasan buatan dan robot. Ada beberapa tantangan industri 4.0.
Pertama, keamanan teknologi informasi. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin
produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan memadai. Keempat, keengganan berubah
pemangku kepentingan. Kelima, hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi
otomatisasi.
Tantangan era revolusi
industri 4.0 sangatlah kompleks, di bidang pendidikan semua sudah beralih
kepada digital. Jika dulu masih menggunakan sistem manual, kuno, primitif, maka
sekarang semua serba menggunakan teknologi, contohnya seperti perpustakaan
digital, pembelajaran digital, buku online, dan dimasa pandemi seperti sekarang
pembelajaran dilakukan secara daring, contoh tersebut harus bisa dikuasai oleh
guru terutama guru sekolah dasar.
D.
Kesimpulan
Salah satu peraturan
pemerintah untuk menghambat penyebaran virus Covid-19 ialah pembelajaran yang
dilakukan dari rumah melalui daring (Dalam Jarinngan) Pembelajaran daring
dikembangkan sebagai media pembelajaran yang menghubungkan antara peserta didik
dengan pendidik secara online. Dalam pelaksanaan pembelajaran daring pendidik
diharuskan berinovasi dan kreatif agar bisa menyampaikan materi pembelajaran
yang diterima oleh peserta didik secara baik. Keterbatasan penguasaan teknologi
informasi dialami oleh guru dan peserta didik, hal ini dapat dilihat dari
guru-guru yang tidak mampu menggunakan berbagai media pembelajaran daring.
Istilah literasi digital diperkenalkan oleh Paul Gilster pada tahun 1997 dalam
bukunya Digital Literacy (Shopova, 2014) yang berbunyi ”Literasi digital adalah
kemampuan seseorang dalam memafaatkan informasi dalam berbagai bentuk.
Guru harus memahami literasi
baru agar selalu bisa menjawab tantangan di era revolusi industri 4.0, guru
selalu mengupgrade skill serta kompetensi yang lebih baik. Jika dulu masih
menggunakan sistem manual, kuno, primitif, maka sekarang semua serba
menggunakan teknologi, contohnya seperti perpustakaan digital, pembelajaran
digital, buku online, dan dimasa pandemi seperti sekarang pembelajaran
dilakukan secara daring, contoh tersebut harus bisa dikuasai oleh guru terutama
guru sekolah dasar.
E. Daftar
Pustaka
Hanik,
Elya Umi. 2020. Self Directed Learning Berbasis Literasi Digital Masa
Pandemi Covid-19 Di Madrasah Ibtidaiyah. Kudus ( https://scholar.archive.org/work/5qsvplitcvhphb7vmecupz6vfm/access/wayback/https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/download/7417/pdf )
1
Hastini, Lasti Yosin. 2 Fahmi, Rahmi. dan Lukito, Hendra. 2020 Apakah
Pembelajaran Menggunakan Teknologi dapat Meningkatkan Literasi Manusia pada
Generasi Z di Indonesia?, Volume 10 Nomor 1 ( https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jamika/article/view/2678 )
Ibda, Hamidulloh. 2018 Penguatan
Literasi Baru Pada Guru Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi
Industri 4.0, Vol. 1, No. 1 ( https://www.academia.edu/download/58526760/1._JRTIE_H_Ibda.pdf )
Nahdi, Dede Salim dan
Jatisunda, Mohamad Gilar. 2020 Analisis Literasi Digital Calon Guru SD Dalam
Pembelajaran Berbasis Virtual Classroom Di Masa Pandemi Covid-19. Majalengka
( https://pdfs.semanticscholar.org/aa00/c1c14632306d3d0aabad7b2514b2d42285b3.pdf )
Komentar
Posting Komentar