IMM Untuk Muhammadiyah
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi perkaderan, karena itu pimpinan
komisariat IMM Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta cabang
Cirendeu mengadakan kegiatan-kegiatan guna menambah ilmu dan wawasan kader, salah satunya adalah kegiatan
perkaderan pendukung up grading. Up grading adalah kegiatan wajib rutin IMM FIP
UMJ yang selalu dilaksanakan setiap tahunya, biasanya membahas tentang idiologi
IMM dan Muhammadiyah dengan tujuan memperkuat daya ingat para kader yang
sebelumnya materi tersebut sudah disampaikan pada saat perkaderan utama atau
DAD.
Di tahun-tahun
sebelumnya kegiatan perkaderan pendukung ini selalu dilaksanakan secara
langsung (bertatap muka), tapi akibat mewabahnya virus covid-19 kegitan ini
dilakukan secara daring/online sesuai
dengan himbawan Dewan Pimpinan Pusat IMM untuk senantiasa mengindahkan physical distancing guna penanggulangan
dan pencegahan penyebaran covid-19.
Tepat
pada hari Rabu, 3 Juni 2020 IMM FIP UMJ kembali mengadakan kegiatan up grading hari
kedua, yang dimulai pukul 13:00-15:15 WIB melalui sebuah aplikasi Zoom dengan
tema “IMM untuk Muhammadiya” disampaikan oleh Kakanda IMMawan M. Arif Shubchan,
S.Pd. (Sekbid TKI DPD IMM DKI Jakarta Periode 2019/2021).
Pemateri
membuka diskusi online diawali dengan sebuah pertanyaan “Apa itu Muhammadiyah?”
dan beliau menjelaskan “Muhammadiyah adalah sebuah gerakan islam (membawa nama
islam) organisasi islam terbesar di Indonesia saat ini, anggota Muhammadiyah
ditandai dengan mempunyai KTA (kartu tanda anggota) sedangkan organisasi islam
lainya belum mempunyai identitas seperti Muhammadiyah, ini menjukan bahwa
Muhammadiyah adalah organisasi yang administratif.”
“Latar
belakang berdirinya Muhammadiyah ada beberapa faktor diantaranya faktor
objektif dari pendalaman Ahmad Dahlan terhadap Al-quran yang dipelajari,
ditelaah dari kandungan isi dari yang ada didalam Al-quran, yang kedua adanya
faktor subjektif yaitu dari pandangan external dan internal karena tidak
kemurnian amal.”
Ciri-ciri
Muhammadiyah:
1. “Gerakan
Islam, Muhammadiyah membawa nama gerakan islam karena dimotivasi dan
disemangati oleh ajran-ajaran islam dan semata-mata untuk merealisasikan
prinsip-prinsi ajaran islam baik dalam bidang pendidikan, kemasyarakatan,
kerumahtanggan, perekonomian bahkan ketatanegaraanpun tidak lepas dari usaha untuk
mewujudkan ajaran islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah tidak berusaha untuk
menampilkan wajah islam yang asli, yang real,
kongkrit nyata.”
2. “Gerakan
dakwah amar makruf nahi mungkar, ciri-ciri Muhammadiyah sebagai dakwah amar
makruf nahi mungkar itu berdasarkan surat Al-Imron ayat 104”:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
“Ayat tersebut menjadi fondasi atau landasan Ahmad Dahlan
dalam mendirikan Muhammadiyah, Muhammadiyah meletakkan ayat ini sebagai
strategi dari dasar perjuanganya yaitu dakwah, menyeru, mengajak kepada
kebaikan amar makruf nahi mungkar dalam masyarakat sebagai
objeknya dengan membangun berbagai amal usaha yang dapat menyentuh masyarakat
luas yaitu berupa pendidikan, rumah sakit, masjid-mesjid dan yang lainya.
Gerakan pendidikan di Muhammadiyah dimulai dari yang paling kecil yaitu mulai
dari PAUD sampai jenjang universitas. Semua amal usaha Muhammadiyah hanya untuk
sarana dakwah kepada masyarakat sehingga bisa mengedukasi masyarakat dari
usaha-usaha yang tersebar diseluruh Indonesia.”
3.
“Muhammadiyah adalah gerakan tajdid
yakni gerakan pembaharuan, pembaharuan yang dimaksud disini buka berarti
merombak islam menjadi baru akan tetapi mengembalikan islam ke jalur yang
sebenar-benarnya, yang tidak berdasarkan dalil dalam Muhammadiyah tidak
dibenarkan, karena amal itu ilmiah dan ilmu adalah amaliah yang artinya beramal
harus sesuai ilmu dan ilmu itu harus diamalkan. Karena banyaknya perbuatan yang
tidak didasari oleh dalil, Al-quran dan as-sunnah sehingga akan terjadi
beberapa hal yaitu kesyirikan, bid’ah (tambahan ritual agama) yang pada masa
nabi tidak ada.”
“Sifat tajdid yang
dikenalkan pada Muhammadiyah ini sebenarnya tidak hanya sebatas upaya untuk
memurnikan ajaran islam dari berbagai kesyirikan atau hal-hal yang tidak sesuai
dengan contoh rasul melainkan upaya untuk melanjutkan berbagai pembaharuan cara
pelaksanaan islam dalam masyarakat yang saat itu tidak ditentukan dalam agama
minsalnya: untuk penentuan awal puasa nabi memang mengajarkan untuk melihat
hilal karena pada saat itu masyarakat buta huruf, tidak pandai berhitung makan
nabi mengajarkan yang paling mudah kepada masyarakat yaitu melihat hilal
sebagai penentu puasa, dan di Muhammadiyah karena zamanya sudah canggih dan
semuanya bisa diukur maka megajarkanya dengan hisab karena peredaran bulan
setiap tahunya seperti itu, jadi bisa diperkiran awal dan akhir bulan.”
“Selanjutnya begaimana tentang ruang
lingkup Muhammadiyah? Tentu untuk masyarakat itu sendiri jadi semua yang
Muhammmadiyah lakukan diperuntukan untuk selueruh masyarakat baik yang islam
maupun non muslim, karena beberapa amal Muhammadiyah diletakan tidak
dipemukiman muslim contohnya di daerah Timur yang mungkin non muslimnya lebih
banyak tapi ada Muhammmadiyah disana, mengabdi untuk bangsa dan banyak sekali
perjuangan Muhammadiyah untuk negeri ini dan betul-betul dapat dirasakan oleh
seluruh elemen yang ada ditanah air bahkan sudah merambah keluar negeri dengan
adanya pimpinan cabang luar biasa seperti yang ada di Turki dan Mesir.”
“Selanjutnya IMM sebagai Muhammmadiya,
apakah setiap kader IMM sudah pasti orang Muhammmadiyah? Secara biologis tidak,
tetapi secara idiologis bisa saja jadi orang Muhammadiyah karena sudah mengikuti perkaderan. Sedangkan
untuk Muhammmadiyah bila aktif di ranting atau tempat dia tinggal bisa
mengajukan KTA (Kartu Tanda Anggota), non muslimpun bisa menjadi warga
Muhammmadiyah istilahnya warga luar biasa hanya bisa memberikan support tapi tidak bisa dipilih menjadi
ketua.”
“IMM sebagai kader Muhammmadiyah tentu
harus membawa nama-nama Muhammadiyah karena IMM sebagai identitas membawa
nama-nama Muhammmadiyah, kelahiran IMMpun tidak lepas dari perjalanan Muhammadiyah
atau faktor dari Muhammadiyah, kelahiran IMM juga sebagai respon dari
persoalan-persolana keumatan dalam sejarah bangsa.”
Resume Pekan Kajian Ideologi
Ditulis oleh: Cut Mutiara (Kabid RPK IMM
FIP UMJ Periode 2019/2020)
Komentar
Posting Komentar