MODERASI ISLAM
oleh Ayunda Immawati Irma Murti
Salah satu
keunggulan dalam Islam ialah karena ajarannya yang serba berimbang (moderat),
yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berkecenderungan
berada di titik tengah di antara dua buah kutub ekstrem. Islam menganjurkan
pemeluknya untuk meraih materi duniawi, tetapi dengan orientasi ilahiah. Senada
dengan itu, Islam sama sekali tidak menghalangi manusia untuk memenuhi
kebutuhan fisiknya, seperti makan, minum, hubungan badan, tetapi dalam
melakoninya diharapkan ditata dengan nilai-nilai spiritual. Begitu pun dengan
dimensi lainnya, Islam tidak hanya sanggup memuaskan rasio, tetapi juga jiwa
dan rasa. Dalam berdoa/shalat, etika terbaik ialah di antara mengeraskan suara
dan memelankannya (QS. Al-isra’ [17]: 110). Sikap ini dikarenakan adanya sebuah
tugas yang diemban oleh umat Islam untuk dapat menjadi syahid, yakni saksi-sebab posisi moderat bisa menyaksikan siapa pun dari arah mana pun– sekaligus
disaksikan –oleh umat lain– sebagai role model (QS. Al-Baqarah [2]: 143).
Sebagai konsekuensi logisnya, perlu tertanam sifat adil di dalam diri mereka.
Bukankah seorang wasit –dalam sebuah pertandingan, yang memiliki kesamaan
padanan kata dengan wasath (moderat), harus berlaku adil dan tidak memihak
kepada siapa pun.
Aspek ajaran Islam yang serba moderat ini mengandung unsur
rabbaniyah dan insaniyah. Yang pertama, berarti ajarannya benar-benar berasal
dari Allah, Tuhan pemelihara alam, bukan dari manusia. Sedangkan yang kedua
mengandung arti bahwa tuntunan tersebut ditujukan kepada manusia, oleh karena
itu bimbingannya selaras dengan fitrah manusia. Terakhir, kembali merujuk surat
Al-Baqarah ayat 143, tersirat dalam kata li takunu (menggunakan kata kerja
fi’il mudhari) bahwa ajaran Islam yang moderat akan senantiasa bertarung dengan
aneka isme –yang muncul setiap waktu– tetapi pada akhirnya ummatan wasathan ini
yang dijadikan rujukan atau saksi tentang kebenaran dan kekeliruan pandangan
atau isme-isme tersebut. Tantangan muslim semakin besar khususnya dalam menjaga
Islam yang lebih rahmatanlil alamin. Muhammadiyah pun menegaskan akan tetap
menjaga paham keislaman yang washatiyah (moderat). Sekretaris Umum PP
Muhammadiyah, Abdul Mu’thi mengatakan komitmen warga Muhammadiyah untuk terus
menanamkan Islam moderat. Dengan komitmen itu sehingga organisasi ini dapat
bertahan dan berkhidmad untuk dakwah Islam. Salah satu komitmen yang perlu
ditunjukkan Muhammadiyah, dengan tetap mengedepankan permasalahan agama melalui
upaya mengedepankan dialog, baik internal umat Islam maupun dialog antar iman.
“Menekankan
perlindungan kaum minoritas dan kerjasama antar peradaban,” tambah dia.
Kedepan,
Muhammadiyah akan tetap bertekad menjadikan organisasi Islam ini sebagai
gerakan pencerahan, membangun keberadaban bangsa. Apa yang telah dicapai
Muhammadiyah dalam pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan akan terus
ditingkatkan.
Komentar
Posting Komentar