Mengenali dirimu Walaupun tak sedalam itu
Oleh
: Faradilah Al Hasani
(Sekretaris
Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat)
Mengenali
dirimu Walaupun tak sedalam itu
Wahai buku Sayangi dirimu. Berhentilah menyenangkan semua orang dengan cerita-cerita sederhana yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kisah-kisah yang tidak menyenangkan dalam hidup. Bagaimana memandang sebuah masalah, tentang dunia yang tidak ramah. Hingga dengan cara menghadapinya supaya hidup kita tetap bahagia di lingkungan yang terkadang orang-orangnya tidak sefrekuensi satu persepsi.
Maksud sayangi dirimu yaitu Jika bukan
kamu sendiri yang menyayanginya, lantas siapa lagi? Mungkin ada orang-orang di
sekelilingmu yang juga menyayangimu. Namun, cinta sejati harus datang dari
dalam dirimu sendiri. Orang yang bisa menerima dirinya sendiri, lalu
menyayanginya dengan proporsi yang tepat. Bisa lebih lepas menikmati kehidupannya dan
mensyukuri setiap apa yang ada pada dirinya. Hanya saja, tidak semua orang bisa
menyayangi dirinya sendiri dengan proporsi yang tepat. Ada pula yang mencintai
diri sendiri, namun berlebihan.
Maka
ketika ingin mencintai orang lain, cintailah dirimu sendiri dahulu. Ketika kita
sudah mencintai diri kita, kemudian lupa memberikan cinta kepada orang lain,
bukan berarti memberikan cinta kepada orang lain kita lupa akan cinta kita
kepada diri kita sendiri, karena kebahagian bukanlah kita cari atau kita temui,
akan tetapi kita ciptakan dengan hal-hal yang tidak merugikan orang lain dan
tidak merugikan diri kita.
Maka ketika sebelum mencintai orang lain, cintailah dirimu sendiri dahulu. Ketika sudah mencintai diri sendiri dan lupa memberikan cinta kepada orang lain, bukan berarti kita salah. Karena cinta itu bukan hanya perihal mencari dan menemui, tetapi cinta adalah dengan menciptakan dengan hal-hal kebaikan dan tidak merugikan orang lain dan diri sendiri.
Kadangkala kita lupa bagaimana cara memanusiakan manusia, kita hanya mementingkan “Biarlah saja diriku seperti ini, tetapi orang lain jangan” kalimat yang terdengar wajar dan seperti lebih baik begitu, pada kenyataanya seharusnya tidak begitu.
Kita adalah manusia lemah yang hanya diperkuat oleh kekuatan tuhan kepada kita dan pola pikir kita, tidak sedikit dari kita suka merasa “ko dia sepertinya lebih kuat dan lebih hebat ya “ “ko dia lebih pintar dan kaya yaa” dan masih banyak lagi.
Padahal hal tersebut hanya
pemikiran seseorang yang selalu membandingkan dirinya dengan pencapaian orang
lain dan tidak mensyukuri pemberian tuhan, jika di perdalam tidak akan ada
akhirnya, jika pencapaian kita terus di samakan dan di bandingkan dengan orang
lain.
Maka dari itu penting, perlu dan harus kita memahami diri kita, menyangi diri kita, menghargai usaha kita, tutup telinga dan pejamkan mata untuk suara-suara yang menjatuhkan dan pandangan-pandangan yang meremehkan, karana yang tau diri kita hanyalah kita, berfikirlah untuk lebih mencintai, menyayangi, dan merasa memiliki diri sendiri, dan stop untuk mengutamakan kebahagian orang lain.
Kita
tak pernah tau kesuksesan akan datang di awal, tengah, atau akhir, tapi yang
jelas itu kesuksesan akan datang pada orang yang selalu bersyukur dan tau apa
yang harus ia dengarkan, ia lihat dan ia lakukan.
Dirimu lebih berharga, jangan hanya karena satu “kekuatan sihir” lalu kamu melupakan dan meninggalkan apa tujuan awal dari kehidupan mu. Kita manusia yang tidak pernah berharap di lahirkan, dengan orang tua seperti apa, menjadi seseorang yang seperti apa.
Tapi kita di ciptakan untuk memilih jalan hidup yang seperti
apa, menjadi seseorang yang seperti apa, dan menjadi orang tua seperti apa.
Kita hanya perlu menyukai apa yang kita miliki, dengan begitu kita memiliki semua
yang kita butuhkan untuk Bahagia.
“kita
hidup hanyalah sementara. Bila semua sementara itu hanya untuk bersusah hati,
maka merugilah kehidupan kita. Karenanya, kebahagian hendaknya kita ciptakan
sendiri. Jangan melimpahkan tugas tersebut kapada orang lain. Karna sejatinya
bukan tugas siapa pun untuk membahagiakan yang lainya”
Komentar
Posting Komentar