Bersama Allah Aku Tak Lagi Mengenal Kata Bersedih






Oleh: Defi Fadilah Antoni

(Ketua Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman)


Bersama Allah Aku Tak Lagi Mengenal Kata Bersedih

   Pada dasarnya manusia merupakan makhluk hidup dengan berbagai serba-serbi perjalanan dan problematika kehidupannya. Kehidupan yang tidak pernah dapat ditebak alurnya. Bahkan para Sastrawan handal pun akan kalah ketika hendak diminta menebak alur kehidupan dirinya sendiri.

      Banyak orang yang bertahun-tahun jadian, namun pada akhirnya hanya menjadi tamu undangan. Padahal harapannya bersama dipelaminan, menua bersama mengarungi arus kehidupan. 

         Ada yang dari siang hingga malam banting tulang. Bercucuran keringat disekujur badan, di bawah terik panasnya mentari Kota Metropolitan. tapi yang kaya raya tetap Sultan Andara, sulit rasanya menjadi kaya seperti dengan Cipung dan Rafathar.

      Begitulah kurang lebih cerita kehidupan di bawah langit dan di atas tanah. Kita sudah berlari sekuat tenaga, namun tetap saja yang dikejar tidak mau berbalik arah. Lelah dan letih mencari dunia, tapi dunia tidak pernah berbalik mencari kita. Mungkin itu yang membuat kebanyakan orang pasrah dan menyerah.

          Tetapi tidak dengan satu manusia ini. Ia tidak pernah membuat dirinya berlari tertatih-tatih. Mengejar dunia Sampai lupa akan Tuhannya. Ia tidak pernah melakukan kebaikan agar seribu pujian bersujud padanya. Ia tidak pernah mengeluh apalagi memohon kepada bantuan selain Tuhannya.

      Bukan, bukan karna hidupnya baik-baik saja, bukan karna hidupnya tidak berlika-liku seperti yang lain. Justru pada kenyataannya hidupnya terasa sangat melelahkan dan menyedihkan. Mungkin pundak orang lain tak mampu menopang masalah dirinya dan hanya dia yang mampu menopang beban itu. Karena kata Allah, Allah membebani manusia sesuai kemampuannya.

    Tapi, tak jarang ia pun menganggap dirinya sebagai seorang pengecut, penakut, dan pecundang. karena ia selalu lari dari masalah, dan bahkan menyelesaikan masalah dengan menambah masalah baru. Tutup lobang galih lobang kalau kata Rhoma Irama.

 Dulu ketika ia merasa lelah akan semuanya. Ia berlari sendiri, berlari sejauh mungkin untuk menemukan kedamaian dalam hidupnya. Berlari seolah ia ingin menjauh dan menghilang dari semua masalah yang dihadapinya. 

   Namun, sejauh dan sekencang apapun dirinya berlari, masalah tetaplah masalah, tak berkurang sedikitpun. Masalah selalu mengiringi langkahnya seperti bayangan. Ia sadar bahwa seseorang tidak akan mampu menjauh dan berlari dari masalah, tidak akan ada seorangpun yang selamat dari masalah jika tidak diselesaikan.

    Tapi pada akhirnya, dirinya tersadarkan. Dikala dirinya hancur dan rapuh, ia sempatkan diri untuk merenung di rumah Tuhannya. Memohon dan bermunajat, mencurahkan segala permasalahan yang dialaminya. Dirinya percaya, bahwa dirinya tak akan pernah mampu menyelesaikan masalah dengan seorang diri. Hanya sang maha kuasa yang mampu menyelesaikan semua permasalahan hidupnya.

     Bersama Allah ia tak mengenal lagi kata bersedih. Dia percaya setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Dia percaya banyak orang disekitar perduli dengan dirinya. Semua masalah sejatinya akan terselesaikan pada waktunya.

    Dirinya teringat dengan surat al-insyirah. Bersama kesulitan pasti ada kemudahan dan Allah tak akan membebani hambanya melebih kesanggupannya. Satu hal yang ia tekankan. Perbaiki solat mu maka Allah akan perbaiki kehidupanmu.  

Bersama Allah aku tak lagi mengenal kata Bersedih.

Editor: Dedi Mursadi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Karena Ikatan Membuat Aku Dan Kamu Menjadi Kita”

Memahami Perempuan: Tak Segampang itu

PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN