Pendidikan Di tengah Pandemi Covid-19
Melansir dari tirto.id, Program Wajib Belajar sudah
ada sejak tahun 1950, di mana pemerintah melakukan percobaan Wajib Belajar 6
tahun, dilanjutkan tahun 1984, pemerintah mencanangkan Gerakan Wajib Belajar
(Wajar) 6 tahun (SD), lalu di tahun 1994 Wajar 9 tahun (SMP), dan terakhir
tahun 2015 Wajar 12 tahun (SMA).
Sejak kemerdekaan pendidikan merupakan salah satu
tujuan nasional, hal tersebut terdapat pada pembukaan UUD 194. Landasan pokok
keberadaan sistem pendidikan nasional tercantum dalam batang tubuh UUD 1945
yaitu Bab XIII, Pasal 31, ayat (1) yang menyatakan bahwa, setiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran.
Dalam keadaan saat ini Indonesia merupakan salah
satu negara yang terdampak virus corona (Covid-19) dan itu jelas membuat semua
sektor terhambat seperti ekonomi, politik bahkan pendidikan karena untuk
memutus rantai penyebaran virus setiap orang harus mampu menjaga jarak sampai
diwajibkan karantina #dirumahsaja, hal ini juga terjadi dalam pendidikan jarak
jauh yang dilakukan secara daring. Namun apakah belajar online mampu
mempermudah untuk anak-anak yang tinggal di daerah tertinggal, terdepan atau
terluar ? Bahkan sudah layakkah pendidikan untuk anak-anak yang tinggal di daerah pelosok
desa ?
Saat ini gawai menjadi barang yang mewah dan sangat
di butuhkan, jaringan kuat yang membantu dalam kegiatan belajar mengajar bahkan
signal yang bagus untuk dapat mengakses
pelajaran yang dibagikan secara online melalui aplikasi yang telah di sediakan.
Namun apakah itu mampu mempermudah untuk anak-anak
yang memiliki keterbatasan alat seperti gawai atau laptop dalam belajar secara
daring ?
Pembelajaran daring seperti ini seharusnya
menjadikan anak-anak kreatif, mengakses banyak pengetahuan dan banyak membuat
karya, bukan dibebani oleh tugas yang bertumpuk dan itu di haruskan untuk
belajar online dengan melibatkan gawai dan signal yang bagus, tidak ada cara
lain selain belajar online dalam keadaan seperti ini, hanya saja saling
memahami antara anak-anak dengan dosen maupun guru harus mampu memaklumi karena
itu menjadi cara kebaikan dalam belajar di tengah wabah saat ini.
Ada beberapa faktor yang menghambat dalam kegiatan
belajar dan mengajar secara online yaitu
:
- Penguasaan
tekhnologi dalam penggunaan aplikasi yang sering membuat waktu terbuang
dikarenakan lama nya untuk di akses ataupun tidak terjangkau nya jumlah
anak-anak dalam kegiatan pembelajaran.
- Pulsa/kuota yang
menjadi prioritas dalam mengakses segala pengetahuan dan menjadi salah
satu modal untuk mampu belajar daring di tengah wabah saat ini dan untuk
anak-anak yang tinggal di pelosok menjadi hal yang sukit untuk di jangkau
karena keterbatasan signal atau bahkan kuota yang sulit untuk di akses
karena membutuhkan jarak jauh untuk mendapatkan atau membeli kuota.
- Biaya yang
dijadikan salah satu penghambat, karena jelas ketika wabah seperti ini
sektor ekonomi terganggu diharuskan di rumah saja dan tidak bekerja maka
untuk membeli kuota saja lebih baik di simpan untuk membeli makan apalagi
dalam membayar uang pendidikan semisal uang kuliah atau bahkan SPP bulanan
yang tetap harus di bayar.
Namun pendidikan di Indonesia tidak menghilangkan
semangat pada guru ataupun doesn untuk tetap mengajar selalu memberi bahan
pelajaran yang harus di fahami oleh anak-anak di rumah, hanya saja anak-anak di
pelosok yang keterbatasan alat menjadikan belajar di rumah itu dirasa
"Libur" karena murni mereka tidak dapat mengakses pelajaran mereka
butuh untuk tatap muka secara langsung dengan guru. Jadi mereka hanya bermain
dan merasa bosan di rumah, peran orang tua juga sangat penting karena dituntut
menjadi guru sekaligus ibu untuk tetap memberikan pendidikan kepada anak-anak
supaya anak tetap mampu belajar dalam keadaan karantina seperti ini.
Banyak hikmah di tengah wabah saat ini, terutama
dalam pendidikan yang dituntut kreatif dalam menangani masalah yang sedang
terjadi, melalui pembelajaran online juga terdapat kebaikan yang sangat luar
biasa untuk tetap mampu memahami pelajaran yang di bagikan oleh guru atau
dosen, diharuskan mampu lebih disiplin dan tertib dalam menggunakan waktu,
bahkan tetap berkarya dari rumah yang menggambarkan bahwa anak-anak yang
berpendidikan yang mampu berbagi ilmu melalui media sosial atau bahkan
memanfaatkan gawai dalam hal yang manfaat.
Kelak indonesia kembali membaik, dan semua sektor
terutama pendidikan akan menjadi salah satu yang mampu bangkit bahkan lebih
efektif dalam kegiatan belajar dan mengajar tanpa harus membebankan satu sama
lain, dan lebih memperhatikan pendidikan di daerah yang terpencil, terdepan
bahkan terluar. Disini orang tua, guru dan anak-anak harus mampu bekerja sama
dalam menciptakan pendidikan yang sudah diatur oleh pemerintah kementerian
pendidikan dan kebudayaan karena sudah di sesuaikan dengan keadaan yang terkena
wabah saat ini.
Ditulis oleh : Nur Intan Fitriani (Kader IMM FIP UMJ)
Komentar
Posting Komentar