Peran Muhammadiyah dalam rangka mencerdaskan generasi penerus bangsa
di luar negeri
Oleh Muhammad Riham Sulton Edy
Kader PK IMM FIP UMJ 2020
Stigma yang meluas di masyarakat: jika ada warga negara Indonesia yang bisa bekerja di luar negeri, mereka adalah orang yang sudah mencapai tahap sukses. Mereka mengeluhkan nasib rakyat di negara tersebut karena mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik dan mereka menginginkan pendidikan yang lebih baik. Di balik kisah sukses PMI (Pekerja Migran Indonesia) ada fakta yang cukup memprihatinkan. Menurut laporan berita BBC, Indonesia mengindikasikan puluhan bahkan ratusan ribu anak lahir di negara lain (dalam hal ini Malaysia) tanpa kewarganegaraan. Hal ini mungkin disebabkan meningkatnya perkawinan antara PMI yang menikah dengan penduduk lokal (Malaysia) tanpa sepengetahuan otoritas setempat, atau pasangan PMI yang melahirkan di Malaysia tanpa terlebih dahulu mengunjungi kedutaan Indonesia di Malaysia. Akibatnya, anak-anak tersebut tidak memiliki dokumen resmi dan status kewarganegaraan yang jelas, sehingga akses pendidikan mereka selama berada di Malaysia tidak terjamin karena pemerintah setempat tidak mengakui mereka sebagai warga negara, juga tidak dapat kembali ke Indonesia karena tidak memiliki kelengkapan dokumen. Bahkan mereka dihadapkan oleh 2 hal jika memaksakan untuk sekolah mereka akan beresiko ditangkap oleh aparat karena tidak memiliki dokumen, atau menerima kenyataan tidak melanjutkan Pendidikan.
Muhammadiyah menyadari betul hal tersebut. Melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM) Muhammadiyah menaungi beberapa sanggar bimbingan yang difasilitasi oleh Muhammadiyah. Melalui amal usaha dalam bidang Pendidikan di bawah nauangan perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah melakukan kegiatan yang dinamakan Program Kuliah Kerja Nyata Pendidikan Kemitraan Internasional Merdeka Belajar Kampus Merdeka Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PKKN/KKN-DIK KI MBKM PTMA). Kegiatan ini diadakan dalam rangka untuk membantu menghadirkan Pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak yang tidak seberuntung kita. Dalam hal ini peserta kegiatan akan ditempatkan di Sanggar Bimbingan (SB) di bawah naungan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur dan berada di bawah Atase Pendidikan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Meskipun faktanya SB ini jauh jika dibandingkan oleh sekolah di Indonesia, tetapi dengan hadirnya SB ini setidaknya bisa membantu anak-anak yang tidak memiliki akses Pendidikan formal agar bisa melanjutkan pendidikannya dan bisa diberikan kesempatan untuk menggapai mimpi mereka.
Hal ini perlu perhatian lebih dikarenakan fenomena ini sangat menyedihkan dan banyak orang yang terjebak dalam fenomena teresebut. Butuh perhatian lebih dari pemerintah Indonesia maupaun masyarakat Indonesia agar anak-anak yang kurang beruntung ini bisa merasakan kualitas Pendidikan yang lebih baik. Kita sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan seharusnya memiliki kepekaan lebih dalam menyikapi hal ini. Karena setelah 7 angkatan dilaksanakan, peserta dari rumpun Fakultas Ilmu Pendidikan hanya segelintir mahasiswa saja, sisanya bahkan dari fakultas yang tidak tepat. Hal ini menjadikan ketidak sesuaian penyampaian materi dikarenakan bukan dari FIP.
Terlebih kita sebagai kader IMM harus memiliki rasa peduli yang lebih tinggi. Karena kita berpegang teguh pada trilogi dan trikompetensi yang tertanam pada ideologi kita. Kegiata semacam ini adalah salah satu implementasi dari trilogi maupun trikompetensi yang ada dalam IMM. Semoga kedepannya banyak mahasiswa FIP yang bersedia secara Ikhlas untuk mengabdi kepada masyarakat.
Kuala Lumpur 6 Juni, 2023
Komentar
Posting Komentar