Menanamkan Paradigma Berpikir yang Baik Pada Kontestasi Pemira
Kontestasi politik dalam pemira kampus menjadi tonggak awal pembelajaran Mahasiswa dalam berpolitik, yang dimana nantinya dinamika Politik maupun problematika pasti terjadi akan tetapi hal tersebut seharusnya bukan menjadi dampak yang berkepanjangan, karena menang ataupun kalah adalah suatu hal yang wajar dalam
sebuah persaingan. Kontestasi
pemira menjadi
momentum yang sangat amat ditunggu oleh seluruh Mahasiswa
FIP dalam rangka merayakan dan menghidupkan pesta demokrasi di Fakultas Ilmu
Pendidikan, yang dimana momentum tersebut bisa dijadikan moment bersejarah bagi
seluruh Mahasiswa FIP yang menggunakan hak suara mereka, karena satu suara
sangatlah berpengaruh dalam menentukan pemimpin yang pantas dan bijaksana dalam
menjalankan sebuah amanah selama satu periode kepengurusan.
Hal yang perlu diingat dan dijunjung dalam pemilihan
adalah asas profesionalitas dan bijak
dalam memilih, yang dimana kita harus objektif dalam menilai dari beberapa
aspek untuk mempertimbangkan calon pemimpin yang akan memimpin kita dan membawa
pengaruh baik bagi Fakultas maupun Prodi, jangan sampai kita memilih dengan
unsur pertemanan dan hanya saling kenal, karena dalam memimpin tidak hanya
bermodalkan eksis dan juga banyak bicara tapi minim implementasi ataupun bisa
disebut juga NATO (No Action Talk Only),
kita pun harus cermat menilai dari beberapa aspek yailu mulai dari Etika Seorang Pemimpin, Visi Misi, Dan Juga
Track Record Dalam Berorganisasi.
Etika yang baik menjadi hal dasar yang harus dimiliki
oleh pribadi calon pemimpin karena ketika memimpin tidak hanya menjalankan
sebuah tanggung jawab ataupun program kerja, tapi etika yang baik adalah hal
dasar yang harus dimiliki dari setiap pribadi calon, karena sikap pribadi yang
buruk akan menjadi cerminan dalam diri sosok pemimpin, bagaimana bisa memimpin
sebuah organisasi ketika memang memiliki perilaku yang buruk, karena sejatinya
organisasi hanyalah benda mati, dan baik atau buruk sebuah organisasi
tergantung orang-orang di dalam-nya, jika memang pemimpin-nya saja tidak
memiliki etika yang baik, lalu bagaimana bisa mengakomodir jajaran-nya maupun
memimpin organisasinya. Maka dari itu etika yang baik menjadi modal dasar yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Visi misi yang jelas dan komprehensif juga menjadi
suatu aspek penilaian dalam mempertimbangkan untuk memilih calon pemimpin,
tentunya visi misi tersebut harus selaras dan berkorelasi dengan visi misi
Universitas dan juga Fakultas, lalu juga grand design yang jelas selama
satu periode kepengurusan menjadi sebuah tolak ukur dalam berjalan atau tidak-nya
visi misi tersebut serta program kerja unggulan yang menjadi terobosan baru di
Fakultas Ilmu Pendidikan yang dimana bisa menjadi daya tarik Mahasiswa dalam
mempertimbangkan memilih calon pemimpin tersebut.
Track record
juga menjadi aspek penilaian dalam memilih calon pemimpin bukan hanya dalam hal
seberapa banyak berorganisasi tapi tentang seberapa ia berperan di organisasi tersebut,
ketika memang terjadi sebuah problematika yang terjadi bagaimana sikap yang
diambil untuk mempertahankan integritas organisasi tersebut, tentunya
pengalaman menjadi modal awal untuk dapat menghadapi dinamika dalam
berorganisasi, karena dari pengalaman kita dapat menyelesaikan persoalan
tersebut. Ketika memang calon pemimpin tersebut mempunyai track record
yang buruk dalam berorganisasi bagaimana ia bisa memimpin Mahasiswa FIP secara
keseluruhan.
Tiga aspek penilaian diatas menjadi stimulus dalam menanamkan
paradigma berpikir yang baik dalam sebuah kontestasi Politik, yang di mana
menjadi suatu pertimbangan bagi Mahasiswa dalam memilih pemimpin yang bijaksana
dan berintegritas. Karena nantinya pemimpin tersebut akan memimpin kita dalam
satu periode kepengurusan. Pastinya kita mempunyai harapan yang besar kepada
pemimpin beserta jajaran badan pengurus harian lainnya atas apa yang ingin
mereka lakukan dan kerjakan, karena organisasi Mahasiswa sejatinya adalah dari,
oleh, dan untuk Mahasiswa. Maka dari itu siapa pun nanti yang mengisi kursi
pemimpin harus mengedepankan Mahasiswa-nya terlebih dahulu, jangan sampai
nantinya para pemangku amanah organisasi, hanya terfokuskan menjalankan sebuah
program kerja tanpa memaksimalkan tugas
dan fungsi mereka sebagai organisatoris yang baik.
Hidup Mahasiswa !
Hidup Mahasiswa !
Hidup Rakyat Indonesia !
Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat.
Komentar
Posting Komentar