Menanamkan Paradigma Berpikir yang Baik Pada Kontestasi Pemira

Oleh: Muhammad Isrofi

(Kader IMM FIP UMJ 2020)

Kontestasi politik dalam pemira kampus menjadi tonggak awal pembelajaran Mahasiswa dalam berpolitik, yang dimana nantinya dinamika Politik maupun problematika pasti terjadi akan tetapi hal tersebut seharusnya bukan menjadi dampak yang berkepanjangan, karena menang ataupun kalah adalah suatu hal yang wajar dalam sebuah persaingan. Kontestasi pemira menjadi momentum yang sangat amat ditunggu oleh seluruh Mahasiswa FIP dalam rangka merayakan dan menghidupkan pesta demokrasi di Fakultas Ilmu Pendidikan, yang dimana momentum tersebut bisa dijadikan moment bersejarah bagi seluruh Mahasiswa FIP yang menggunakan hak suara mereka, karena satu suara sangatlah berpengaruh dalam menentukan pemimpin yang pantas dan bijaksana dalam menjalankan sebuah amanah selama satu periode kepengurusan.

Hal yang perlu diingat dan dijunjung dalam pemilihan adalah asas profesionalitas dan  bijak dalam memilih, yang dimana kita harus objektif dalam menilai dari beberapa aspek untuk mempertimbangkan calon pemimpin yang akan memimpin kita dan membawa pengaruh baik bagi Fakultas maupun Prodi, jangan sampai kita memilih dengan unsur pertemanan dan hanya saling kenal, karena dalam memimpin tidak hanya bermodalkan eksis dan juga banyak bicara tapi minim implementasi ataupun bisa disebut juga NATO (No Action Talk Only), kita pun harus cermat menilai dari beberapa aspek yailu mulai dari Etika Seorang Pemimpin, Visi Misi, Dan Juga Track Record Dalam Berorganisasi.

Etika yang baik menjadi hal dasar yang harus dimiliki oleh pribadi calon pemimpin karena ketika memimpin tidak hanya menjalankan sebuah tanggung jawab ataupun program kerja, tapi etika yang baik adalah hal dasar yang harus dimiliki dari setiap pribadi calon, karena sikap pribadi yang buruk akan menjadi cerminan dalam diri sosok pemimpin, bagaimana bisa memimpin sebuah organisasi ketika memang memiliki perilaku yang buruk, karena sejatinya organisasi hanyalah benda mati, dan baik atau buruk sebuah organisasi tergantung orang-orang di dalam-nya, jika memang pemimpin-nya saja tidak memiliki etika yang baik, lalu bagaimana bisa mengakomodir jajaran-nya maupun memimpin organisasinya. Maka dari itu etika yang baik menjadi modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Visi misi yang jelas dan komprehensif juga menjadi suatu aspek penilaian dalam mempertimbangkan untuk memilih calon pemimpin, tentunya visi misi tersebut harus selaras dan berkorelasi dengan visi misi Universitas dan juga Fakultas, lalu juga grand design yang jelas selama satu periode kepengurusan menjadi sebuah tolak ukur dalam berjalan atau tidak-nya visi misi tersebut serta program kerja unggulan yang menjadi terobosan baru di Fakultas Ilmu Pendidikan yang dimana bisa menjadi daya tarik Mahasiswa dalam mempertimbangkan memilih calon pemimpin tersebut.

Track record juga menjadi aspek penilaian dalam memilih calon pemimpin bukan hanya dalam hal seberapa banyak berorganisasi tapi tentang seberapa ia berperan di organisasi tersebut, ketika memang terjadi sebuah problematika yang terjadi bagaimana sikap yang diambil untuk mempertahankan integritas organisasi tersebut, tentunya pengalaman menjadi modal awal untuk dapat menghadapi dinamika dalam berorganisasi, karena dari pengalaman kita dapat menyelesaikan persoalan tersebut. Ketika memang calon pemimpin tersebut mempunyai track record yang buruk dalam berorganisasi bagaimana ia bisa memimpin Mahasiswa FIP secara keseluruhan.

Tiga aspek penilaian diatas menjadi stimulus dalam menanamkan paradigma berpikir yang baik dalam sebuah kontestasi Politik, yang di mana menjadi suatu pertimbangan bagi Mahasiswa dalam memilih pemimpin yang bijaksana dan berintegritas. Karena nantinya pemimpin tersebut akan memimpin kita dalam satu periode kepengurusan. Pastinya kita mempunyai harapan yang besar kepada pemimpin beserta jajaran badan pengurus harian lainnya atas apa yang ingin mereka lakukan dan kerjakan, karena organisasi Mahasiswa sejatinya adalah dari, oleh, dan untuk Mahasiswa. Maka dari itu siapa pun nanti yang mengisi kursi pemimpin harus mengedepankan Mahasiswa-nya terlebih dahulu, jangan sampai nantinya para pemangku amanah organisasi, hanya terfokuskan menjalankan sebuah program  kerja tanpa memaksimalkan tugas dan fungsi mereka sebagai organisatoris yang baik.

 

Hidup Mahasiswa !

Hidup Mahasiswa !

Hidup Rakyat Indonesia !

 

Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Karena Ikatan Membuat Aku Dan Kamu Menjadi Kita”

Memahami Perempuan: Tak Segampang itu

PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN