Teknologi Maju Budaya Kuat Atau Teknologi Maju Budaya Pudar


Oleh Mamay Nurbayani 
(Kabid Kader PK IMM FIP UMJ Periode 2020-2021)

Penggunaan istilah teknologi (bahasa inggris: technology) telah berubah secara signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20 istilah ini tidaklah lazim dalam bahasa inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran atau pengkajian seni terapan. Istilah ini sering  kali dihubungkan dengan pendidikan teknik, seperti di Institut Teknologi Massachusetts (didirikan pada pada thaun 1861). Istilah technologi mulai menonjol pada abad ke-20 seiring dengan bergulirnya Revolusi Industri Kedua. Pengertian technologi berubah pada permulaan abad ke-20 ketika para ilmuan sosial Amerika, dimulai oleh Thorsein Vablen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman, Technik, menjadi Technology. Dalam bahasa jerman  dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan hadir diantara Technik dan Technologie yang saat itu justru nihil dalam bahasa inggris, karena kedua-dua istilah itu biasanya diterjemahkan sebagai technology.

 

Pada dasarnya 1930-an technology tidak hanya merujuk pada pengkajian seni-seni industry, tetapi juga pada seni-seni industry itu sendiri. Pada tahun 1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain menulis bahwa “technology includes all tools, machines, utensils, weapons, instruments, housing, clothing, commucating and transporting devices and the skills by wich we produce and use them”

 

Jika merujuk pada perkembangan teknologi industry pada saat ini memasuki era 4.0 atau bisa sebut dengan “Internet Of Things” hal ini menyebabkan kegiatan yang didominasi oleh penggunaan internet karena untuk memudahkan aktivitas sehari-hari. Sudah tidak asing memang dengan kegiatan yang menggunakan internet seperti ketersediaan OJOL (Ojek Online) dan aplikasi pesan makanan online yang diciptakan oleh beberapa perusahaan dengan maksud agar kegiatan sehari-hari dapat dilakukan mudah dengan Smartphone.

 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahas inggris yaitu Culture dan bahasa latin Cultura.

 

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.

Dari pengertian teknologi dan budaya maka timbulan pertanyataan; apakah perkembangan teknologi membuat budaya tetap kuat atau malah pudar? Apakah budaya harus mengikuti perkembangan teknolgi atau teknolgi yang mengikuti suatu budaya? Alam yang menguasai manusia atau manusia yang menguasai alam?

 

Kemajuan teknologi yang membuat kita mengetahui kegiatan orang-orang dalam dunia sosial, dengan kata lain bahwa beberapa orang yang menjadi influencer atau selebram sangat berpengaruh dalam penyampaian informasi dengan bermacam-macam gaya netizen memberikan komentar. Tak salah memang kegiatan kehidupan meraka sangat didamba-dambakan oleh setiap netizen. Dengan situasi seperti ini apakan ini menandakan bahwa manusia dikendalikan oleh teknologi?

 

Beberapa waktu lalu saya melihat berita bahwa Presiden Jokowi Dodo mengundang beberapa selebritis Indonesia agar meraka mengajak warga Indonesia untuk selalu memakai masker, mengingat situasi Pandemi COVID-19 belum reda. Maka, bisa dilihat bahwa pengaruh dari setiap postingan mereka sangat kuat dalam pola pikir masyarakat.

 

Teknologi informasi mendominasi kegiatan dimasa yang akan datang, dan masa itu telah datang pada titik ini, walaupun Indonesia masih pada teknologi industry 4.0 tetapi kerelatifan kegiatan dan gaya hidup sudah mendominasi setiap elemen dan setiap personal.

 

Sangat bersyukur memang dengan adanya teknologi ini, tetapi apakah pengetahuan masyarat tentang kebudayaan Indonesia makin kuat atau malah terlupakan. Beberapa anak-anak mungkin sudah tidak mengenal lagi permainan tradisional yang biasa dilakukan di zaman dahulu, sekarang anak-anak makin kenal dengan handphone serta game online yang dibuat sedemikian rupa.

 

Jika semua orang dalam kegiatan sehari-hari memperlihatkan kebiasaan budaya Indonesia seperti tarian, adat, bahasa dan peninggalan sejarah. Pasti anak cucu kita nanti dapat mengenal dan mengetahuinya.

 

Faktor seperti ini memang dipandang karena setiap orang yang mempunyai pengaruh lebih menonjolkan budaya barat yang dikenal dengan modern, fashion dan gaya hidup bebas. Yang banyak dilirik oleh kaum muda. Bahkan setelah kejadian adanya tarian Indonesia yang diakui oleh Negara asing barulah warga berkomentar ria. Kemana saja kemarin-kemarin, sesuatu barang dapat hilang jika kita tidak menjaganya, begitupun suatu budaya.

 

Menurut saya rasa kepemilikan harus ditumbuhkan lebih kuat, rasa kepemilikan bahwa Indonesia itu miliki saya, miliki kita dan harus dijaga dan dikenang. Jangan pernah melupakan sejarah jangan pernah lengah untuk masa depan. Semuanya harus selaras dan sejalan agar keseimbangan antara masa lalu dan masa depan dapat memberikan pengaruh baik untuk Indonesia maju.

 

Rasa kepemilikan yang terus tumbuh dan menumbuhkan jiwa-jiwa yang sudah mulai layu. Siapa penggerak itu? Jawaban paling sempurna yaitu kita, tanpa harus menimbang dan memilih dalam hal ini. Sama-sama dalam bergerak sama-sama dalam mengembangkan dan sama-sama dalam menjaga warisan budaya negri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Karena Ikatan Membuat Aku Dan Kamu Menjadi Kita”

Memahami Perempuan: Tak Segampang itu

PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF K.H. AHMAD DAHLAN