info !! semoga menjadi renungan
Marahi Anak-anak di Masjid, Hentikan Itu! Ini Bahayanya
SERINGKALI orang dewasa merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak di masjid. Pasalnya, anak-anak merupakan fase bermain bagi dirinya. Maka, di mana pun tempatnya, hanya dijadikan ajang bermain untuknya. Tak peduli meski itu sedang berada di dalam masjid dan mengganggu orang lain. Sebab, di pikiran mereka hanyalah bermain.
Biasanya, banyak di antara kita yang memarahi anak ketika mereka ribut di masjid. Bahkan, ada masjid tertentu yang tidak memperbolehkan anak masuk ke dalamnya. Sehingga, seorang ibu yang memiliki anak, tidak bisa merasakan kebersamaan di dalam masjid. Inilah hal yang salah! Mengapa? Sebab, Rasulullah ﷺ tidak melakukan demikian.
Rasulullah ﷺ tidak pernah memarahi anak-anak yang ribut di masjid. Bahkan, beliau melakukan hal yang membuat hati anak-anak tenang. Seperti halnya, menggendong anak ketika shalat atau pun khutbah, mempercepat shalat ketika mendengar anak yang menangis, dan masih banyak lagi hal baik lainnya.
Abdullah Bin Buraidah meriwayatkan dari ayahandanya, Rasulullah sedang berkhutbah -di mimbar masjid- lalu -kedua cucunya- Hasan dan Husein datang -bermain-main ke masjid- dengan menggunakan kemeja kembar merah dan berjalan dengan sempoyongan jatuh bangun- karena memang masih bayi-, lalu Rasulullah turun dari mimbar masjid dan mengambil kedua cucunya itu dan membawanya naik ke mimbar kembali, lalu Rasulullah berkata, “Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah, kalau sudah melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa sabar.” Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya. (HR. Abu Daud)
Dalam hadis lain diceritakan, bahwa Rasulullah shalat, dan bila beliau sujud maka Hasan dan Husein bermain menaiki belakang Rasulullah. Lalu, jika ada sahabat-sahabat yang ingin melarang Hasan-Husein maka Rasulullah memberi isyarat untuk membiarkannya, dan apabila setelah selesai shalat Rasulullah memangku kedua cucunya itu. (HR. Ibnu Khuzaimah)
Pada hadis lain diriwayatkan bahwa Nabi memendekkan bacaannya pada saat shalat Subuh (dimana biasanya selalu panjang), lalu sahabat bertanya, “Ya Raslullah kenapa shalatnya singkat, enggak biasanya?” Rasulullah menjawab, “Saya mendengar suara tangis bayi, saya kira ibunya ikutan shalat bersama kita, saya kasihan dengan ibunya,” (HR. Ahmad).
Tak ada satu pun tindakan Rasulullah yang menunjukkan bahwa beliau memarahi anak-anak di masjid. Lantas, atas hak apa kita memarahi anak-anak di masjid? Kita sebagai seorang dewasa, dituntut untuk lebih cerdas dalam memahami dan menyelesaikan masalah anak-anak. Jangan biarkan karena kita merasa terganggu, membuat anak-anak takut karena dimarahi. Lakukanlah cara seperti apa yang diajarkan oleh Rasulullah.
Anak itu merupakan generasi penerus. Jika tidak dibiasakan sejak kecil ke masjid, maka siapa yang akan meneruskan perjalanan kaum muslimin yang memakmurkan masjid? Jika kita marahi, boleh jadi anak mengalami trauma dan enggan kembali ke masjid. Wallahu ‘alam.
SERINGKALI orang dewasa merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak di masjid. Pasalnya, anak-anak merupakan fase bermain bagi dirinya. Maka, di mana pun tempatnya, hanya dijadikan ajang bermain untuknya. Tak peduli meski itu sedang berada di dalam masjid dan mengganggu orang lain. Sebab, di pikiran mereka hanyalah bermain.
Biasanya, banyak di antara kita yang memarahi anak ketika mereka ribut di masjid. Bahkan, ada masjid tertentu yang tidak memperbolehkan anak masuk ke dalamnya. Sehingga, seorang ibu yang memiliki anak, tidak bisa merasakan kebersamaan di dalam masjid. Inilah hal yang salah! Mengapa? Sebab, Rasulullah ﷺ tidak melakukan demikian.
Rasulullah ﷺ tidak pernah memarahi anak-anak yang ribut di masjid. Bahkan, beliau melakukan hal yang membuat hati anak-anak tenang. Seperti halnya, menggendong anak ketika shalat atau pun khutbah, mempercepat shalat ketika mendengar anak yang menangis, dan masih banyak lagi hal baik lainnya.
Abdullah Bin Buraidah meriwayatkan dari ayahandanya, Rasulullah sedang berkhutbah -di mimbar masjid- lalu -kedua cucunya- Hasan dan Husein datang -bermain-main ke masjid- dengan menggunakan kemeja kembar merah dan berjalan dengan sempoyongan jatuh bangun- karena memang masih bayi-, lalu Rasulullah turun dari mimbar masjid dan mengambil kedua cucunya itu dan membawanya naik ke mimbar kembali, lalu Rasulullah berkata, “Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah, kalau sudah melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa sabar.” Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya. (HR. Abu Daud)
Dalam hadis lain diceritakan, bahwa Rasulullah shalat, dan bila beliau sujud maka Hasan dan Husein bermain menaiki belakang Rasulullah. Lalu, jika ada sahabat-sahabat yang ingin melarang Hasan-Husein maka Rasulullah memberi isyarat untuk membiarkannya, dan apabila setelah selesai shalat Rasulullah memangku kedua cucunya itu. (HR. Ibnu Khuzaimah)
Pada hadis lain diriwayatkan bahwa Nabi memendekkan bacaannya pada saat shalat Subuh (dimana biasanya selalu panjang), lalu sahabat bertanya, “Ya Raslullah kenapa shalatnya singkat, enggak biasanya?” Rasulullah menjawab, “Saya mendengar suara tangis bayi, saya kira ibunya ikutan shalat bersama kita, saya kasihan dengan ibunya,” (HR. Ahmad).
Tak ada satu pun tindakan Rasulullah yang menunjukkan bahwa beliau memarahi anak-anak di masjid. Lantas, atas hak apa kita memarahi anak-anak di masjid? Kita sebagai seorang dewasa, dituntut untuk lebih cerdas dalam memahami dan menyelesaikan masalah anak-anak. Jangan biarkan karena kita merasa terganggu, membuat anak-anak takut karena dimarahi. Lakukanlah cara seperti apa yang diajarkan oleh Rasulullah.
Anak itu merupakan generasi penerus. Jika tidak dibiasakan sejak kecil ke masjid, maka siapa yang akan meneruskan perjalanan kaum muslimin yang memakmurkan masjid? Jika kita marahi, boleh jadi anak mengalami trauma dan enggan kembali ke masjid. Wallahu ‘alam.
Komentar
Posting Komentar